Earn the rewards with Arummi at T&S Club

tnsclub

Earn the rewards with Arummi at T&S Club

women having secondary lactose intolerance

Intoleransi Laktosa Sekunder - Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Apakah kamu pernah mendengar tentang intoleransi laktosa? Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang terjadi karena kurangnya produksi enzim laktase di usus halus. Terdapat beberapa jenis intoleransi laktosa seperti intoleransi laktosa sekunder dan primer.

Enzim laktase berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Laktosa yang tidak dicerna akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh mikroorganisme di usus besar sehingga menghasilkan gas dan menimbulkan gejala gangguan pencernaan.

Jenis Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan penyebabnya, intoleransi laktosa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Intoleransi Laktosa Primer

Pada intoleransi laktosa primer, produksi enzim laktase semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Intoleransi laktosa sekunder terjadi karena penurunan produksi enzim laktase akibat penyakit yang menyebabkan kerusakan usus halus. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan intoleransi laktosa sekunder adalah penyakit crohn, penyakit celiac, infeksi usus, dan radang usus.

3. Intoleransi Laktosa Bawaan

Kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua. Bayi bisa terlahir dengan penurunan kadar enzim laktase atau sama sekali tidak ada produksi enzim laktase.

4. Intoleransi Laktosa dalam Masa Perkembangan

Intoleransi laktosa ini disebabkan karena usus bayi belum berkembang dengan sempurna ketika dilahirkan. Biasanya terjadi pada bayi yang lahir prematur. Kondisi ini akan membaik seiring dengan bertambahnya usia.

Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang intoleransi laktosa sekunder. Apa saja gejalanya dan bagaimana cara menanganinya? Simak penjelasan di bawah, ya!

Apa Saja Gejala Intoleransi Laktosa Sekunder?

Gejala intoleransi laktosa sekunder sama dengan intoleransi laktosa lainnya, yaitu:

  • kembung
  • sakit perut
  • mual
  • muntah
  • diare
  • sering buang angin

Namun, karena intoleransi laktosa sekunder disebabkan oleh penyakit lain, maka bisa disertai dengan gejala penyakit penyertanya.

Rotavirus dan Giardia adalah organisme yang sering menginfeksi saluran pencernaan dan mengakibatkan kerusakan usus halus. Bayi dan anak-anak adalah yang paling sering terinfeksi Rotavirus. Orang yang terinfeksi Rotavirus akan mengalami beberapa gejala seperti mual, muntah, diare, dan demam.

Intoleransi laktosa sekunder juga bisa disebabkan oleh penyakit celiac dan penyakit crohn. Penyakit celiac adalah intoleransi terhadap gluten, yang merupakan protein yang terdapat biasanya terdapat pada roti, sereal, pasta, dan biskuit. Selain gejala intoleransi laktosa, penderita penyakit celiac juga bisa, mengalami konstipasi, penurunan berat badan, ruam kulit, dan anemia.

Sedangkan penyakit crohn adalah peradangan yang terjadi di saluran pencernaan, sehingga mengganggu produksi enzim laktase. Gejala Penyakit crohn adalah sakit perut, diare, perut kembung, demam, penurunan berat badan, dan anemia. Pada kondisi yang lebih parah bisa disertai dengan luka di sekitar anus.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Intoleransi Laktosa Sekunder?

Jika kamu mengalami diare, perut kembung, sering buang angin, mual, dan muntah setelah minum susu atau mengkonsumsi produk olahan susu, bisa jadi kamu menderita intoleransi laktosa. Untuk memastikannya, kamu harus periksa ke dokter.

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat penyakit, serta riwayat makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada perut.

Untuk memastikan diagnosis intoleransi laktosa sekunder, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan tambahan seperti:

1. Pemeriksaan Darah

Sampel darah akan diambil kemudian dianalisis untuk melihat adanya tanda infeksi, anemia, dan penyakit lainnya.

2. Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda intoleransi laktosa atau adanya infeksi.

3. Endoskopi

Endoskopi adalah prosedur untuk memeriksa kondisi saluran pencernaan. Dengan endoskopi bisa diketahui apakah ada kerusakan pada saluran pencernaan.

4. Biopsi Usus

Biopsi usus adalah prosedur yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan usus, kemudian dianalisis apakah ada masalah atau kerusakan pada jaringan usus.

Metode diagnosa akan memberikan informasi untuk memahami kondisi usus dan mengonfirmasi adanya intoleransi laktosa.

Bagaimana Penanganan Intoleransi Laktosa?

Intoleransi laktosa sekunder biasanya hanya sementara aja. Jika penyebabnya diketahui, gejalanya akan mereda. Jadi, mengetahui akar penyebabnya adalah kunci dalam menangani intoleransi laktosa.

Untuk mencegah gejalanya makin parah, pasien intoleransi laktosa harus menghindari produk yang mengandung laktosa. Contoh produk yang mengandung laktosa adalah:

  • Susu sapi dan susu kambing
  • Produk olahan susu seperti keju, mentega, es krim, dan yogurt
  • Produk yang memakai susu sebagai bahannya misalnya roti, kue, cookies, dan biskuit.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi yang terkandung dalam susu, kamu bisa memilih susu yang rendah laktosa. Susu dari kacang-kacangan memiliki kandungan laktosa yang rendah.

Susu Kacang Mede Arummi Sebagai Pilihan Susu Bebas Laktosa

Pilihlah susu yang bebas laktosa tapi tetap bergizi lengkap dan nikmat. Susu kacang mede dari Arummi adalah pilihan yang tepat. Dapatkan produknya di supermarket terdekat, ya!

Author

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Terbaru

Informasi Kesehatan & Nutrisi

Didukung Oleh

Apakah kamu pernah mendengar tentang intoleransi laktosa? Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang terjadi karena kurangnya produksi enzim laktase di usus halus. Terdapat beberapa jenis intoleransi laktosa seperti intoleransi laktosa sekunder dan primer.

Enzim laktase berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Laktosa yang tidak dicerna akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh mikroorganisme di usus besar sehingga menghasilkan gas dan menimbulkan gejala gangguan pencernaan.

Jenis Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan penyebabnya, intoleransi laktosa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Intoleransi Laktosa Primer

Pada intoleransi laktosa primer, produksi enzim laktase semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Intoleransi laktosa sekunder terjadi karena penurunan produksi enzim laktase akibat penyakit yang menyebabkan kerusakan usus halus. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan intoleransi laktosa sekunder adalah penyakit crohn, penyakit celiac, infeksi usus, dan radang usus.

3. Intoleransi Laktosa Bawaan

Kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua. Bayi bisa terlahir dengan penurunan kadar enzim laktase atau sama sekali tidak ada produksi enzim laktase.

4. Intoleransi Laktosa dalam Masa Perkembangan

Intoleransi laktosa ini disebabkan karena usus bayi belum berkembang dengan sempurna ketika dilahirkan. Biasanya terjadi pada bayi yang lahir prematur. Kondisi ini akan membaik seiring dengan bertambahnya usia.

Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang intoleransi laktosa sekunder. Apa saja gejalanya dan bagaimana cara menanganinya? Simak penjelasan di bawah, ya!

Apa Saja Gejala Intoleransi Laktosa Sekunder?

Gejala intoleransi laktosa sekunder sama dengan intoleransi laktosa lainnya, yaitu:

Namun, karena intoleransi laktosa sekunder disebabkan oleh penyakit lain, maka bisa disertai dengan gejala penyakit penyertanya.

Rotavirus dan Giardia adalah organisme yang sering menginfeksi saluran pencernaan dan mengakibatkan kerusakan usus halus. Bayi dan anak-anak adalah yang paling sering terinfeksi Rotavirus. Orang yang terinfeksi Rotavirus akan mengalami beberapa gejala seperti mual, muntah, diare, dan demam.

Intoleransi laktosa sekunder juga bisa disebabkan oleh penyakit celiac dan penyakit crohn. Penyakit celiac adalah intoleransi terhadap gluten, yang merupakan protein yang terdapat biasanya terdapat pada roti, sereal, pasta, dan biskuit. Selain gejala intoleransi laktosa, penderita penyakit celiac juga bisa, mengalami konstipasi, penurunan berat badan, ruam kulit, dan anemia.

Sedangkan penyakit crohn adalah peradangan yang terjadi di saluran pencernaan, sehingga mengganggu produksi enzim laktase. Gejala Penyakit crohn adalah sakit perut, diare, perut kembung, demam, penurunan berat badan, dan anemia. Pada kondisi yang lebih parah bisa disertai dengan luka di sekitar anus.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Intoleransi Laktosa Sekunder?

Jika kamu mengalami diare, perut kembung, sering buang angin, mual, dan muntah setelah minum susu atau mengkonsumsi produk olahan susu, bisa jadi kamu menderita intoleransi laktosa. Untuk memastikannya, kamu harus periksa ke dokter.

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat penyakit, serta riwayat makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada perut.

Untuk memastikan diagnosis intoleransi laktosa sekunder, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan tambahan seperti:

1. Pemeriksaan Darah

Sampel darah akan diambil kemudian dianalisis untuk melihat adanya tanda infeksi, anemia, dan penyakit lainnya.

2. Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda intoleransi laktosa atau adanya infeksi.

3. Endoskopi

Endoskopi adalah prosedur untuk memeriksa kondisi saluran pencernaan. Dengan endoskopi bisa diketahui apakah ada kerusakan pada saluran pencernaan.

4. Biopsi Usus

Biopsi usus adalah prosedur yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan usus, kemudian dianalisis apakah ada masalah atau kerusakan pada jaringan usus.

Metode diagnosa akan memberikan informasi untuk memahami kondisi usus dan mengonfirmasi adanya intoleransi laktosa.

Bagaimana Penanganan Intoleransi Laktosa?

Intoleransi laktosa sekunder biasanya hanya sementara aja. Jika penyebabnya diketahui, gejalanya akan mereda. Jadi, mengetahui akar penyebabnya adalah kunci dalam menangani intoleransi laktosa.

Untuk mencegah gejalanya makin parah, pasien intoleransi laktosa harus menghindari produk yang mengandung laktosa. Contoh produk yang mengandung laktosa adalah:

Untuk memenuhi kebutuhan gizi yang terkandung dalam susu, kamu bisa memilih susu yang rendah laktosa. Susu dari kacang-kacangan memiliki kandungan laktosa yang rendah.

Susu Kacang Mede Arummi Sebagai Pilihan Susu Bebas Laktosa

Pilihlah susu yang bebas laktosa tapi tetap bergizi lengkap dan nikmat. Susu kacang mede dari Arummi adalah pilihan yang tepat. Dapatkan produknya di supermarket terdekat, ya!

Author

Hadirkan kebaikan Arummi lebih dekat ke rumahmu

Berawal sebagai merek yang hanya tersedia secara daring, Arummi telah tumbuh dengan stabil dan kini dengan bangga telah tersedia di 360+ supermarket pada area Jabodetabek, Bandung, dan Bali.